Sabtu, 18 Mei 2013
komitmen guru
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selain tingkat berfikir abstrak, guru juga harus memilkiki tingkat komitmen. Guru merupakan faktor yang pertama dan utama yang mempengaruhi pelak¬sanaan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah harus diawali dengan adanya komitmen guru untuk menjalankan tugas yang aktif, kreatif dan inovatif.
Terkait dengan tugas guru tersebut, bahwa dasar komitmen adalah komunikasi dan peran serta. Adanya komunikasi dan peran guru ditentukan oleh komitmen guru itu sendiri. Untuk itu, diperlukan komitmen guru mewujudkan proses komunikasi dan peran guru dalam mengarahkan dan mem¬bimbing kegiatan belajar siswa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung efektif.
Masih banyak lagi definisi-definisi tentang komitmen guru, maka dalam pembahasan kali ini akan dijelaskan tentang beberapa definisi dari komitmen ,macam-macam, cirri-ciri beserta contohnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu komitmen guru ?
2. Apa-apa saja macam-macam dari komitmen guru ?
3. Bagaimana ciri-ciri dari komitmen guru ?
4. Sebutkan contoh dari komitmen guru ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian komitmen guru
2. Mengetahui macam-macam dari komitmen guru
3. Mengetahui ciri-ciri dari komitmen guru
4. Mengetahui contoh komitmen guru
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMITMEN GURU
Kata komitmen berasal dari bahasa latin commitere, to connect, entrust-the state of being obligated or emotionally, impelled adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hati nuraninya dan kemudian menggerakan perilaku menuju arah yang diyakininya (I’tiqad ), (Tasmara, 2006 :26).
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus dapat membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan memiliki berbagai kriteria sebagai seorang guru yang otentik.
Guru merupakan faktor yang pertama dan utama yang mempengaruhi pelak-sanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah harus diawali dengan adanya komitmen guru untuk menjalankan tugas yang aktif, kreatif dan inovatif.
Park (dalam Ahmad dan Rajak, 2007) menjelaskan, komitmen guru merupakan kekuatan bathin yang datang dari dalam hati seorang guru dan kekuatan dari luar itu sendiri tentang tugasnya yang dapat memberi pengaruh besar terhadap sikap guru berupa tanggung jawab dan responsive (inavotif) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Dari peryataan di atas dapat di simpulkan bahwa komitmen guru adalah suatu keterkaitan antara diri dan tugas yang di embanya secara tersadar sebagai seorang guru dan dapat melahirkan tanggung jawab yang dapat mengarahkan serta membimbing dalam kegiatan pembelajaran.
Berkaitan dengan tanggung jawab seorang guru dalam proses belajar mengajar ini adalah :
1. Turut serta aktif dalam membantu. melaksanakn kegiatan progam bimbingan dan konseling.
2. Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling.
3. Memberikan layanan instruksional (pengajaran).
4. Berpartisipasi dalam pertemuan kasus.
5. Memberikan informasi kepada siswa.
6. Meneliti kesulitan dan kemajuan siswa.
7. Menilai hasil kemajuan belajar.
8. Mengadakan hubungan dengan orang tua siswa.
9. Bekerja sama dengan konselor. Mengumpulkan data siswa dalam usaha untuk mengidentifikasikan masalah yang dihadapi siswa.
10. Membantu memecahkan masalah siswa.
11. Mengirimkan masalah siswa yang tidak dapat diselesaikannya
12. Mengidentifikasikan, menyalurkan, dan membina bakat.
B. MACAM-MACAM KOMITMEN GURU
Menurut Louis (dalam Ahmad dan Razak,2007) menjelaskan 4 jenis komitmen guru, yaitu :
1. Komitmen Terhadap Sekolah Sebagai Satu Unit Sosial.
Sekolah adalah lembaga sosial yang tumbuh dan berkembang dari dan untuk masyarakat. Sebagai Lembaga sosial formal tersebut merupakan suatu organisasi yaitu terikat terhadap tata aturan formal yang memiliki program dan target atau sasaran yang jelas serta struktur kepemimpinan penyelenggaraan atau pengelolaan yang resmi.
Pendidikan sekolah pada dasarnya adalah lanjutan pendidikan dalam keluarga.di samping itu, Kehidupan di sekolah adalah jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga dengan kehidupan dalam masyarakat kelak.
Peranan sekolah ini yang membantu lingkungan keluarga,maka sekolah bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik yang di bawa keluarganya.sementara itu,dalam perkembangan kepribadian anak didik,peranan sekolah dengan melalui kurikulum ,antara lain sebagai berikut :
1. Anak didik belajar bergaul sessama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan antara anakdidik dengan karyawan.
2. Anak didik belajar menaati peraturan sekolah.
3. Mempersiapkan anak didiknya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
2. Komitmen Terhadap Kegiatan Akademik Sekolah
Seorang Guru yang mempuyai komitmen akan menyiapkan waktu untuk melaksanakan tugas yang berkaitan dengan pembelajaran seperti:
a) Merencanakan program belajar mengajar
b) Melaksanakan /mengelola proses belajar mengajar
c) Menilai kemajuan proses belajar mengajar
d) Menguasai bahan pelajaran dalam pengertian menguasai bidang studi atau mata pelajaran yang di pegangnya/di binanya.
Dan juga guru senantiasa berfikir tentang cara untuk meningkatkan keaktifan prestasi belajar siswa-siswi. Tugas guru terkait dengan komitmen terhadap kegiatan akademik sekolah antara lain :
1) Guru sebagai perancang pembelajaran
2) Guru sebagai pengelola pembelajaran
3) Guru sebagai pengarah pembelajaran
4) Guru sebagai pelaksana kurikulum.
5) Guru sebagai evaluator.
3. Komitmen Terhadap Siswa-Siswi Sebagai Individu Yang Unik
Berikut ini adlah pendapat Gardner (1995) mengenai perbedaan yang prinsip dari siswa-siswi yang harus diketahui oleh guru sebagai landasan membangun komitmen kesadaran bahwa pelajar adalah individu yang unik.
a) Perbedaan dalam latar belakang rumah
b) Perbeadaan dalam kesehatan dan nutrisi
c) Perbedaan dalam kemampuan anak di sekolah
d) Perbedaan dalam minat.
4. Komitmen Untuk Menciptakan Pengajaran Bermutu
Seorang guru senantiasa merespons perubahan-perubahan pengetahuan baru dan terkini terutama ide-ide baru tersebut dalam implementasi kurikulum dikelas, sehingga pembelajaran bermutu.
Mutu pembelajaran atau mutu pendidikan akan dapat dicapai jika guru memenuhi kebutuhan siswa-siswi dan yang harus dipersiapkan oleh guru. Kemampuan guru menciptakan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan adalah upaya posistif untuk meningkat-kan mutu pembelajaran.
C. CIRI-CIRI KOMITMEN GURU
Seorang guru yang mempunyai komitmen tinggi akan memiliki kepedulian terhadap tugas, kebutuhan siswa, teman sejawat, atau atasan . seorang guru yang mempunyai komitmen terhadap tugas yang dibebankannya, termasuk tanggung jawab terhadap bangsa, Negara dan sesama manusia. Pembentukan sikap seperti ini karena pancaran sikap bathin pada jabatannya yang pada akhirnya juga bertanggung jawab terhadap sang pencipta.
Fracis Fuller (1969) seorang pionir studi longitudinal memberi kesimpulan tentang guru, yaitu bahwa setiap saat para guru harus meningkatkan komitmen dan kepedulian terhadap setiap perubahan tugas profesinya. Guru yang punya komitmen terhadap tugas akan menyediakan waktu dan tenaga untuk membaca buku-buku baru, atau mengembangkan penelitian yang sederhana baik dikelas pada waktu mengajar, maupun dalam tugas lainnya.
Menurut Glickman (dalam Burhanudin, dkk, 1995 : 124) menggambarkan ciri-ciri komitmen guru profesional, antara lain :
a. Tingginya perhatian terhadap siswa-siswi
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru terkait dengan perhatiannya kepada siswa dan siswinya, antara lain sebagai berikut :
1) Memberikan bimbingan.
2) Mengadakan komunikasi yang intensif teutama dalam memperoleh infomasi tentang anak didik.
b. Banyaknya waktu dan tenaga yang dikeluarkan
Tugas guru merupakan tugas yang kompleks mulai dari mendidik, mengajar, membimbing dan sebagainya. Oleh karenanya guru harus memiliki banyak waktu dan tenaga untuk menunaikan kewajibannya yaitu sebagai berikut :
a) Guru tidak hanya mendidik didalam kelas, tetapi juga disela-sela waktu di luar jam mengajar.
c. Bekerja sebanyak-banyaknya untuk orang lain
Pekerjaan menjadi guru adalah pekerjaan dibidang jasa. Terkait dengan tugas tersebut, para guru dibebankan dengan tugas-tugas sebagai berikut :
a) Guru memiliki tugas profesional
Guru merupakan profesi/jabatan atau pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Jenis pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh sembarang orang diluar bidang kependidikan meskipun kenyataannya masih banyak dilakukan orang diluar kependidikan.
b) Guru memiliki tugas kemanusiaan
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan disekolah harus dapat menjadikan dirinya sebagai orang tua kedua. Ia harus mapu menarik simpati sehingga ia menjai idola para siswa-siswinya.
c) Guru memiliki tugas kemasyarakatan
Masyarakat menempatkan guru pada tempat yang lebih terhormat dilingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat memperoleh ilmu pengetahuan.
Jadi, ciri-ciri komitmen guru yang professional adalah guru-guru yang mempunyai komitmen tinggi, karena tipe guru semacam ini memiliki tanggungjawab yang tinggi serta komitmen yang tinggi. Ia benar-benar professional melalui peningkatan kemampuan secara terus menerus. Orang yang professional selalu mempunyai kemampuan untuk mengembangkan dirinya terus-menerus.
D. CONTOH KOMITMEN GURU
Guru yang memiliki komitmen terhadap tugas setidaknya dari dalam dirinya terpancar beberapa sikap :
1. Tugas sebagai guru merupakan pancaran sikap bathin
Melaksanakan tugas sebagai guru hendaknya merupakan panggilan jiwa yang lahir dari ketulusan hati untuk menjalankan tugas tersebut dengan sungguh-sungguh tanpa paksa dan dipaksakan.
2. Siap sedia dimanapun
Dengan modal kompetensi sosial yang dimiliki oleh para guru, tempat tugas dimana pun tidaklah menjadi penghalang untuk menunaikan kewajibannya sebagai pendidik. Dengan kompetensi tersebut seorang guru mampu beradaptasi dimanapun dan dengan siapapun.
3. Tanggap terhadap perubahan
Guru yang profesional adalah yang terus menerus membudayakan diri dengan memiliki cukup waktu luang untuk mempertajam daya intelektualnya. Dengan demikian segala bentuk perubahan yang terjadi ditengah masyarakat terutama yang berkaitan dengan pengetahuan harus mendapat perhatian.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari peryataan di atas dapat di simpulkan bahwa komitmen guru adalah suatu keterkaitan antara diri dan tugas yang di embanya secara tersadar sebagai seorang guru dan dapat melahirkan tanggung jawab yang dapat mengarahkan serta membimbing dalam kegiatan pembelajaran.
Guru adalah orang yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu guru harus dapat membawa siswanya kepada tujuan yang ingin dicapai. Guru harus mampu mempengaruhi siswanya. Guru harus berpandangan luas dan memiliki berbagai kriteria sebagai seorang guru dan memiliki rasa tanggung jawab yang tingg
FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN ESENSIALISME
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu dengan berpikir secara sungguh-sungguh akan kebenaran sesuatu tersebut. sehingga dengan adanya filsafat kita akan tahu akar-akar dari berbagai macam ilmu lainnya dan juga dasar dari segala yang ada. Filsafat ini merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan karena filsafat ini adalah proses berfikir secara mendalam dengan sungguh-sungguh dan setiap disiplin ilmu perlu adanya proses berfikir,maka dari itu filsafat di katakan sebagai induk dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dalam filsafat mempunyai banyak cabang filsafat dan salah satunya yaitu filsafat pendidikan.filsafat pendidikan adalah suatu upaya berpikir logis, kritis, radikal, sistematis, metodis, utuh dan menyeluruh tentang persoalan-persoalan yang berkenaan dengan masalah pendidikan dan aspek-aspek penting terkait, sehingga berbagai upaya edukasi yang di lakukan benar-benar berdaya guna dan berhasil guna. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme yang terkait dengan sejarah ,landasan filosofis dan pandangan dalam pendidikan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah timbulnya aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme ?
2. Apa landasan filosofis aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme ?
3. Apa pandangan aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme terhadap pendidikan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah munculnya aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme
2. Mengetahui landasan filosofis aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme
3. Mengetahui pandangan kedua aliran tersebut tentang pendidikan
BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH ALIRAN ESSENSIALISME DAN EKSISTENSIALISME
a) Sejarah Aliran Filsafat Essensialisme
Filsafat essensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide filsafat idealisme-objektif di satu sisi dan realisme-objektif di sisi lainya.oleh karena itu, wajar jika ada yang mengatakan bahwa plato lah sebagai peletak asas-asas filosofis aliran ini, ataupun aristoteles dan democritos sebagai peletak dasar-dasarnya.kemunculan aliran ini di dasari oleh pemikiran filsafat idealisme plato dan realisme aristoteles, namun bukan berarti kedua aliran ini lebur kedalam paham esssensialisme. Pada tahun 1930 tokoh-tokoh essensialisme mendirikan suatu organisasi yang bernama “ Essentialist Committee for the Advancement of Education “ melalui organisasi inilah pandangan –pandangan essensialisme di kembangkan dalam dunia pendidikan. Sejak zaman renaissance, sebagai pakal timbulnya pandangan-pandangan essensialisme awal .sedangkan puncak dari gagasan ini adalah pada abad pertengahan ke abad ke-19 Dengan demikian, Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang di sebut essensialisme.Essensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan umum. Pada zaman ini telah muncul upaya-upaya untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan seni serta kebudayaan purbakala, terutama di zaman yunani dan romawi, dalam konteks filsafat pendidikan, aliran ini memiliki ciri utamanya yang menekankan, bahwa pendidikan mesti di bangun di atas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil. Kemunculanya adalah reaksi atas kecendrungan kehidupan manusia pada yang serba duniawi, ilmiah, pluralistik dan materialistik, akibat dari prinsip pendidikan yang fleksibel, terbuka untuk segala bentuk perubahan, toleran serta tidak mempunyai pegangan yang kukuh dengan doktrin tertentu.kondisi dunia yang telah merusak tatanan humanitas telah menjadi perhatian kelompok essensialisme. Bagi essensiallisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan kurang terarah. Karena itu essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
b) Sejarah Aliran Filsafat Eksistensialisme
Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976). Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”. Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani. Eksistensialisme sebagai aliran filsafat dalam sejarah perkembangan filsafat di kenal abad ke-20, kendatipun sebenarnya dalam epistemologi ibn sina pun telah terlihat idenya yang mengatakan bahwa eksistensi mendahuli esensi. Eksistensialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang sering disebut dan didengar dalam diskursus-diskursus filosofis. Filsafat ini pada mulanya sangat popular di Prancis, tetapi kemudian berkembang ke seluruh dunia dengan tokoh utamanya Soren Kierkegaard yang lahir di Kopenhagen, Denmark 13 Mei 1813. Kata ‘’Eksistensi’’ merupakan Save M. Dagun, berasal dari kata Latin ‘’Eksistere’’, ‘’ex’’ yang berarti kelur dan ‘’sitere’’ yang berarti membuat berdiri. Jadi, eksistensialisme berarti apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa saja yang dialami. Lebih lanjut Titus menjelaskan bahwa eksistensialisme adalah aliran filsafat yang melukiskan dan mendiagnosa kedudukan manusia yang sulit. Titik sentralnya adalah manusia. Menurut eksistensialisme, hakekat manusia terletak dalam eksistensi dan aktivitasnya. Aktivitas manusia merupakan eksistensi dari dirinya dan hasil aktifitas yang dilakukan merupakan cermin hakekat dirinya. Dengan demikian, eksistensialisme pada hakekatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Aliran ini termasuk kelompok filsafat modern yang dimunculkan oleh Danish Soren Kierkegaard. Ia memberikan pengertian tentang eksistensialisme sebagai suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Eisistensialisme menolak segala bentuk kemutlakkan rasional. Dengan demikian, aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman dan situasi sejarah yang dialami manusia. Aliran ini tidak mau terikat oleh hal-hal bersifat abstrak dan spekulatif. Pada fase awal, Danish Soren Kierkegaard yang disebut sebagai tokoh pembuka tabir gerakan eksistensialisme ini masih mewarnai corak pemikirannya dengan teologi. Nuansa teologis ini nampak ketika Ia mengatakan bahwa setiap pribadi membawa kepenuhan eksistensi manusiawinya sendiri. Kepenuhan eksistensi ini terwujud pada keputusan kebebasan manusia. Disinilah letak eksistensi manusia. Didalam kebebasannya, manusia memiliki kemerdekaan dalam menentukan kemana dirinya akan melangkah dan melalui iman yang dimiliki manusia dapat memantapkan dirinya dalam hadirat Tuhan. Namun, ketika pada periode selanjutnya, muncul tokoh yang bernama Jean Paul Sartre (1905-1981) dan Nietzhche (1844-1900), aliran eksistensialisme ini tampaknya berkembang menjadi radikal dan ekstrim.
B. LANDASAN FILOSOFIS ALIRAN FILSAFAT ESSENSIALISME DAN EKSISTENSIALISME
a) Landasan Filosofis Essensialisme Secara ontologis, essensialisme memandang bahwa dunia ini di kuasai oleh suatu tata yang tiada cela yang mengatur isinya tanpa cela pula. itulah tuhan. Tujuan utama essensialisme adalah membentuk pribadi bahagia dunia dan akhirat. Oleh karena itu, bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia haruslah di sesuaikan dengan tata alam yang ada yang merupakan kehendak Tuhan. Dari segi epistemologis, essensialisme merupakan suatu pandangan yang menampakan bentuk sintesis yang mengatasi kontroversi antara idealisme dan realisme-materialis. Aliran ini berpendapat, bahwa sumber segala pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Dalam bidang aksiologi, nilai bagi aliran ini, seperti kebenaran, berakar dalam dan berasal dari sumber objektif. Watak sumber merupakan perpaduaan idealisme dan realisme sebagaimana di jelas kan di atas. Di satu sisi esensialisme, mengakui, bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, dan karenanya seseorang di katakan baik jika ia secara aktif, berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. karena dalam pandanganya idealisme, sikap, tingkah laku, dan ekspresi perassaan berhubungan dengan kualitas baik dan buruk. Dan juga sebagaimana di katakan oleh george santayana, tidak dapat di tandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian, dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas, dan pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai atas dirinya sendiri, seperti dalam memilih dan melaksanakan suatu tindakan. Di sisi lain pemahaman objektif atas fakta dan peristiwa dalam kehidupan juga menjadi pertimbangan porporsial dalam ekspresi keinginan, rasa suka, kagum, tidak suka dan penolakan yang akhirnya melahirkan predikat baik dan buruk terhadap sesuatu.
b) Landasan Filosofis Aliran Filsafat Eksistensialisme Eksistensialisme merupakan filsafat yang memandang segala gejala berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah cara manusia berada di dunia. Cara berada manusia berbeda dengan cara beradanya benda-benda materi. Pemahaman eksistensialisme pada nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai, karena setiap akibat akan menghasilkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya.
C. PANDANGAN ESENSIALISME DAN EKSISTENSIALISME TENTANG PENDIDIKAN.
a) Pandangan Aliran Esensialisme Terhadap Pendidikan
Esensialisme merupakan suatu filsafat yang menghendaki pendidikan bersendikan nilai-nilai yang tinggi dan menduduki posisi substansial dalam kebudayaan.tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai yang ada di luar ke dalam jiwa peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu di latih agar memiliki kemampuan observasi yang tinggi untuk menyerap ide-ide atau nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya (muhaimin, 2004;40-42). Menurut esensialisme, pendidikan adalah aktivitas pentransmisian atau pewarisan budaya dan sejarah sebagi inti pengetahuan yang telah terkumpul dan bertahan sepanjang waktu. Warisan budaya demikian perlu di ketahui pelestarian kebudayaan (education as a cultural convervation). Esensialisme memberikan penekanan upaya kependidikan dalam hal pengujian ulang materi-materi kurikulum, memberikan pembedaan-pembedaan esensial dan non esensial dalam berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di sekolah. Tujuan pembelajaran menurut esensialisme haruslah di arahkan pada upaya mempersiapkan peserta didik untuk hidup atau menjalani kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Peserta didik harus mempunyai sikap dan perasaan solidaritas sosial dan ikutberperan dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Pewarisan nilai-nilai luhur agama oleh sosok pendidik menjadi titik tekan tujuan pembelajaran esensialisme, dan pembelajaran yang berisiskan warisan budaya dan sejarah dan di ikuti oleh ketrampilan, sikap-sikap, dan nilai yang tepat merupakan unsusr-unsur esensial dari sebuah kurikulum pendidikan esensialisme. Bagi kaum esensialis, guru seharusnya berperan aktif dalam pembelajaran. Ia sebagai penanggung jwab, pengatur ruangan, penyalur (transmiser) pengetahuan yang baik, penentu materi, metode, evaluasi dan bertanggung jawab terhadap seluruh wilayah pembelajaran.
b) Pandangan Aliran Eksistensialisme Terhadap Pendidikan Dalam bidang pendidikan,
aliran eksistensialisme menekankan agar masing-masing individu diberi kebebasan dalam mengembangkan potensinya secara maksimal, tanpa ada batas (mutlak). Akibatnya, kebebasan mutlak pada gilirannya telah menghilangkan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dan pengatur kebebasan. Hal ini dapat membawa kepada atheisme. Eksistensialisme sebagai filsafat yang sangat menekankan kebebasan individu untuk merealisasikan proyek hidup memandang individu sebagai makhluk yang unik dan secara unik pula bertanggung jawab terhadap nasib hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan dalam pendangan eksistensialisme bertujuan mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan seluruh potensinya guna memenuhi kebutuhan dan proyek hidupnya sendiri (Uyoh Sadullah, 2004; 137) dan tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk (Zuhairini dkk, 2004; 31). Sesuai dengan prinsip dasarnya, penganut paham eksistensialisme menyatakan bahwa karena kebenaran itu tidak terbatas dan setiap individu bersifat unik maka tidak ada satupun kurikulum yang pasti dan berlaku secara umum. Selanjutnya, eksistensialisme memandang tidak ada satu mata pelajaran tertentu yang lebih penting dari yang lainny, kecuali mata pelajaran yang merupakan materi di mana individu akan dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Pandangan eksistensialisme tentang pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, menurut Rahman (2011; 132) dapat merepotkan para penyelenggara pendidikan, karena mereka tidak bisa menyusun kurikulum dan tidak adanya perlakuan yang seragam, hubungan guru-siswa bersifat informal dan proses mengajar-belajar cenderung laissez fair.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian materi di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Menurut aliran esensialisme, pendidikan haruslah berdasarkan kepada kebudayaan yang telah ada sejak dahulu dan Esensialisme merupakan suatu filsafat yang menghendaki pendidikan bersendikan nilai-nilai yang tinggi dan menduduki posisi substansial dalam kebudayaan.
2. Eksistensialisme sebagai filsafat yang sangat menekankan kebebasan individu untuk merealisasikan proyek hidup memandang individu sebagai makhluk yang unik dan secara unik pula bertanggung jawab terhadap nasib hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan dalam pendangan eksistensialisme bertujuan mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan seluruh potensinya guna memenuhi kebutuhan dan proyek hidupnya sendiri
A. Latar Belakang
Filsafat dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari segala sesuatu dengan berpikir secara sungguh-sungguh akan kebenaran sesuatu tersebut. sehingga dengan adanya filsafat kita akan tahu akar-akar dari berbagai macam ilmu lainnya dan juga dasar dari segala yang ada. Filsafat ini merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan karena filsafat ini adalah proses berfikir secara mendalam dengan sungguh-sungguh dan setiap disiplin ilmu perlu adanya proses berfikir,maka dari itu filsafat di katakan sebagai induk dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Dalam filsafat mempunyai banyak cabang filsafat dan salah satunya yaitu filsafat pendidikan.filsafat pendidikan adalah suatu upaya berpikir logis, kritis, radikal, sistematis, metodis, utuh dan menyeluruh tentang persoalan-persoalan yang berkenaan dengan masalah pendidikan dan aspek-aspek penting terkait, sehingga berbagai upaya edukasi yang di lakukan benar-benar berdaya guna dan berhasil guna. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme yang terkait dengan sejarah ,landasan filosofis dan pandangan dalam pendidikan.
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah timbulnya aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme ?
2. Apa landasan filosofis aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme ?
3. Apa pandangan aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme terhadap pendidikan ?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah munculnya aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme
2. Mengetahui landasan filosofis aliran filsafat esensialisme dan eksistensialisme
3. Mengetahui pandangan kedua aliran tersebut tentang pendidikan
BAB II PEMBAHASAN A. SEJARAH ALIRAN ESSENSIALISME DAN EKSISTENSIALISME
a) Sejarah Aliran Filsafat Essensialisme
Filsafat essensialisme adalah suatu aliran filsafat yang lebih merupakan perpaduan ide filsafat idealisme-objektif di satu sisi dan realisme-objektif di sisi lainya.oleh karena itu, wajar jika ada yang mengatakan bahwa plato lah sebagai peletak asas-asas filosofis aliran ini, ataupun aristoteles dan democritos sebagai peletak dasar-dasarnya.kemunculan aliran ini di dasari oleh pemikiran filsafat idealisme plato dan realisme aristoteles, namun bukan berarti kedua aliran ini lebur kedalam paham esssensialisme. Pada tahun 1930 tokoh-tokoh essensialisme mendirikan suatu organisasi yang bernama “ Essentialist Committee for the Advancement of Education “ melalui organisasi inilah pandangan –pandangan essensialisme di kembangkan dalam dunia pendidikan. Sejak zaman renaissance, sebagai pakal timbulnya pandangan-pandangan essensialisme awal .sedangkan puncak dari gagasan ini adalah pada abad pertengahan ke abad ke-19 Dengan demikian, Renaissance adalah pangkal sejarah timbulnya konsep-konsep pikir yang di sebut essensialisme.Essensialisme pertama-tama muncul dan merupakan reaksi terhadap simbolisme mutlak dan dogmatis abad pertengahan. Maka disusunlah konsep yang sistematis dan menyeluruh mengenai manusia dan alam semesta yang memenuhi tuntutan umum. Pada zaman ini telah muncul upaya-upaya untuk menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan seni serta kebudayaan purbakala, terutama di zaman yunani dan romawi, dalam konteks filsafat pendidikan, aliran ini memiliki ciri utamanya yang menekankan, bahwa pendidikan mesti di bangun di atas nilai-nilai yang kukuh, tetap dan stabil. Kemunculanya adalah reaksi atas kecendrungan kehidupan manusia pada yang serba duniawi, ilmiah, pluralistik dan materialistik, akibat dari prinsip pendidikan yang fleksibel, terbuka untuk segala bentuk perubahan, toleran serta tidak mempunyai pegangan yang kukuh dengan doktrin tertentu.kondisi dunia yang telah merusak tatanan humanitas telah menjadi perhatian kelompok essensialisme. Bagi essensiallisme, pendidikan yang berpijak pada dasar pandangan itu mudah goyah dan kurang terarah. Karena itu essensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.
b) Sejarah Aliran Filsafat Eksistensialisme
Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976). Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar metodologinya berasal dari metoda fenomologi yang dikembangkan oleh Hussel (1859-1938). Munculnya eksistensialisme berawal dari ahli filsafat Kieggard dan Nietzche. Kiergaard Filsafat Jerman (1813-1855) filsafatnya untuk menjawab pertanyaan “Bagaimanakah aku menjadi seorang individu)”. Hal ini terjadi karena pada saat itu terjadi krisis eksistensial (manusia melupakan individualitasnya). Kiergaard menemukan jawaban untuk pertanyaan tersebut manusia (aku) bisa menjadi individu yang autentik jika memiliki gairah, keterlibatan, dan komitmen pribadi dalam kehidupan. Nitzsche (1844-1900) filsuf jerman tujuan filsafatnya adalah untuk menjawab pertanyaan “bagaimana caranya menjadi manusia unggul”. Jawabannya manusia bisa menjadi unggul jika mempunyai keberanian untuk merealisasikan diri secara jujur dan berani. Eksistensialisme sebagai aliran filsafat dalam sejarah perkembangan filsafat di kenal abad ke-20, kendatipun sebenarnya dalam epistemologi ibn sina pun telah terlihat idenya yang mengatakan bahwa eksistensi mendahuli esensi. Eksistensialisme merupakan salah satu aliran filsafat yang sering disebut dan didengar dalam diskursus-diskursus filosofis. Filsafat ini pada mulanya sangat popular di Prancis, tetapi kemudian berkembang ke seluruh dunia dengan tokoh utamanya Soren Kierkegaard yang lahir di Kopenhagen, Denmark 13 Mei 1813. Kata ‘’Eksistensi’’ merupakan Save M. Dagun, berasal dari kata Latin ‘’Eksistere’’, ‘’ex’’ yang berarti kelur dan ‘’sitere’’ yang berarti membuat berdiri. Jadi, eksistensialisme berarti apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas, apa saja yang dialami. Lebih lanjut Titus menjelaskan bahwa eksistensialisme adalah aliran filsafat yang melukiskan dan mendiagnosa kedudukan manusia yang sulit. Titik sentralnya adalah manusia. Menurut eksistensialisme, hakekat manusia terletak dalam eksistensi dan aktivitasnya. Aktivitas manusia merupakan eksistensi dari dirinya dan hasil aktifitas yang dilakukan merupakan cermin hakekat dirinya. Dengan demikian, eksistensialisme pada hakekatnya adalah merupakan aliran filsafat yang bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya. Aliran ini termasuk kelompok filsafat modern yang dimunculkan oleh Danish Soren Kierkegaard. Ia memberikan pengertian tentang eksistensialisme sebagai suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah. Eisistensialisme menolak segala bentuk kemutlakkan rasional. Dengan demikian, aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan pengalaman dan situasi sejarah yang dialami manusia. Aliran ini tidak mau terikat oleh hal-hal bersifat abstrak dan spekulatif. Pada fase awal, Danish Soren Kierkegaard yang disebut sebagai tokoh pembuka tabir gerakan eksistensialisme ini masih mewarnai corak pemikirannya dengan teologi. Nuansa teologis ini nampak ketika Ia mengatakan bahwa setiap pribadi membawa kepenuhan eksistensi manusiawinya sendiri. Kepenuhan eksistensi ini terwujud pada keputusan kebebasan manusia. Disinilah letak eksistensi manusia. Didalam kebebasannya, manusia memiliki kemerdekaan dalam menentukan kemana dirinya akan melangkah dan melalui iman yang dimiliki manusia dapat memantapkan dirinya dalam hadirat Tuhan. Namun, ketika pada periode selanjutnya, muncul tokoh yang bernama Jean Paul Sartre (1905-1981) dan Nietzhche (1844-1900), aliran eksistensialisme ini tampaknya berkembang menjadi radikal dan ekstrim.
B. LANDASAN FILOSOFIS ALIRAN FILSAFAT ESSENSIALISME DAN EKSISTENSIALISME
a) Landasan Filosofis Essensialisme Secara ontologis, essensialisme memandang bahwa dunia ini di kuasai oleh suatu tata yang tiada cela yang mengatur isinya tanpa cela pula. itulah tuhan. Tujuan utama essensialisme adalah membentuk pribadi bahagia dunia dan akhirat. Oleh karena itu, bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak, dan cita-cita manusia haruslah di sesuaikan dengan tata alam yang ada yang merupakan kehendak Tuhan. Dari segi epistemologis, essensialisme merupakan suatu pandangan yang menampakan bentuk sintesis yang mengatasi kontroversi antara idealisme dan realisme-materialis. Aliran ini berpendapat, bahwa sumber segala pengetahuan manusia terletak pada keteraturan lingkungan hidupnya. Dalam bidang aksiologi, nilai bagi aliran ini, seperti kebenaran, berakar dalam dan berasal dari sumber objektif. Watak sumber merupakan perpaduaan idealisme dan realisme sebagaimana di jelas kan di atas. Di satu sisi esensialisme, mengakui, bahwa hukum-hukum etika adalah hukum kosmos, dan karenanya seseorang di katakan baik jika ia secara aktif, berada di dalam dan melaksanakan hukum-hukum itu. karena dalam pandanganya idealisme, sikap, tingkah laku, dan ekspresi perassaan berhubungan dengan kualitas baik dan buruk. Dan juga sebagaimana di katakan oleh george santayana, tidak dapat di tandai dengan suatu konsep tunggal, karena minat, perhatian, dan pengalaman seseorang turut menentukan adanya kualitas, dan pribadi secara aktif menentukan nilai-nilai atas dirinya sendiri, seperti dalam memilih dan melaksanakan suatu tindakan. Di sisi lain pemahaman objektif atas fakta dan peristiwa dalam kehidupan juga menjadi pertimbangan porporsial dalam ekspresi keinginan, rasa suka, kagum, tidak suka dan penolakan yang akhirnya melahirkan predikat baik dan buruk terhadap sesuatu.
b) Landasan Filosofis Aliran Filsafat Eksistensialisme Eksistensialisme merupakan filsafat yang memandang segala gejala berpangkal pada eksistensi. Eksistensi adalah cara manusia berada di dunia. Cara berada manusia berbeda dengan cara beradanya benda-benda materi. Pemahaman eksistensialisme pada nilai, menekankan kebebasan dalam tindakan. Kebebasan bukan tujuan atau suatu cita-cita dalam dirinya sendiri, melainkan merupakan suatu potensi untuk suatu tindakan. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih, namun menentukan pilihan-pilihan diantara pilihan-pilihan yang terbaik adalah yang paling sukar. Berbuat akan menghasilkan akibat, dimana seseorang harus menerima akibat-akibat tersebut sebagai pilihannya. Kebebasan tidak pernah selesai, karena setiap akibat akan menghasilkan kebutuhan untuk pilihan berikutnya.
C. PANDANGAN ESENSIALISME DAN EKSISTENSIALISME TENTANG PENDIDIKAN.
a) Pandangan Aliran Esensialisme Terhadap Pendidikan
Esensialisme merupakan suatu filsafat yang menghendaki pendidikan bersendikan nilai-nilai yang tinggi dan menduduki posisi substansial dalam kebudayaan.tugas pendidikan adalah sebagai perantara atau pembawa nilai yang ada di luar ke dalam jiwa peserta didik. Oleh karena itu, peserta didik perlu di latih agar memiliki kemampuan observasi yang tinggi untuk menyerap ide-ide atau nilai-nilai yang berasal dari luar dirinya (muhaimin, 2004;40-42). Menurut esensialisme, pendidikan adalah aktivitas pentransmisian atau pewarisan budaya dan sejarah sebagi inti pengetahuan yang telah terkumpul dan bertahan sepanjang waktu. Warisan budaya demikian perlu di ketahui pelestarian kebudayaan (education as a cultural convervation). Esensialisme memberikan penekanan upaya kependidikan dalam hal pengujian ulang materi-materi kurikulum, memberikan pembedaan-pembedaan esensial dan non esensial dalam berbagai program sekolah dan memberikan kembali pengukuhan autoritas pendidik dalam suatu kelas di sekolah. Tujuan pembelajaran menurut esensialisme haruslah di arahkan pada upaya mempersiapkan peserta didik untuk hidup atau menjalani kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Peserta didik harus mempunyai sikap dan perasaan solidaritas sosial dan ikutberperan dalam mewujudkan kesejahteraan umum. Pewarisan nilai-nilai luhur agama oleh sosok pendidik menjadi titik tekan tujuan pembelajaran esensialisme, dan pembelajaran yang berisiskan warisan budaya dan sejarah dan di ikuti oleh ketrampilan, sikap-sikap, dan nilai yang tepat merupakan unsusr-unsur esensial dari sebuah kurikulum pendidikan esensialisme. Bagi kaum esensialis, guru seharusnya berperan aktif dalam pembelajaran. Ia sebagai penanggung jwab, pengatur ruangan, penyalur (transmiser) pengetahuan yang baik, penentu materi, metode, evaluasi dan bertanggung jawab terhadap seluruh wilayah pembelajaran.
b) Pandangan Aliran Eksistensialisme Terhadap Pendidikan Dalam bidang pendidikan,
aliran eksistensialisme menekankan agar masing-masing individu diberi kebebasan dalam mengembangkan potensinya secara maksimal, tanpa ada batas (mutlak). Akibatnya, kebebasan mutlak pada gilirannya telah menghilangkan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dan pengatur kebebasan. Hal ini dapat membawa kepada atheisme. Eksistensialisme sebagai filsafat yang sangat menekankan kebebasan individu untuk merealisasikan proyek hidup memandang individu sebagai makhluk yang unik dan secara unik pula bertanggung jawab terhadap nasib hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan dalam pendangan eksistensialisme bertujuan mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan seluruh potensinya guna memenuhi kebutuhan dan proyek hidupnya sendiri (Uyoh Sadullah, 2004; 137) dan tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam segala bentuk (Zuhairini dkk, 2004; 31). Sesuai dengan prinsip dasarnya, penganut paham eksistensialisme menyatakan bahwa karena kebenaran itu tidak terbatas dan setiap individu bersifat unik maka tidak ada satupun kurikulum yang pasti dan berlaku secara umum. Selanjutnya, eksistensialisme memandang tidak ada satu mata pelajaran tertentu yang lebih penting dari yang lainny, kecuali mata pelajaran yang merupakan materi di mana individu akan dapat menemukan dirinya dan kesadaran akan dunianya. Pandangan eksistensialisme tentang pendidikan sebagaimana dikemukakan di atas, menurut Rahman (2011; 132) dapat merepotkan para penyelenggara pendidikan, karena mereka tidak bisa menyusun kurikulum dan tidak adanya perlakuan yang seragam, hubungan guru-siswa bersifat informal dan proses mengajar-belajar cenderung laissez fair.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian materi di atas dapat di simpulkan bahwa :
1. Menurut aliran esensialisme, pendidikan haruslah berdasarkan kepada kebudayaan yang telah ada sejak dahulu dan Esensialisme merupakan suatu filsafat yang menghendaki pendidikan bersendikan nilai-nilai yang tinggi dan menduduki posisi substansial dalam kebudayaan.
2. Eksistensialisme sebagai filsafat yang sangat menekankan kebebasan individu untuk merealisasikan proyek hidup memandang individu sebagai makhluk yang unik dan secara unik pula bertanggung jawab terhadap nasib hidupnya. Oleh karena itu, pendidikan dalam pendangan eksistensialisme bertujuan mendorong setiap individu agar mampu mengembangkan seluruh potensinya guna memenuhi kebutuhan dan proyek hidupnya sendiri
Langganan:
Postingan (Atom)